welcome

Harmoni Design

tampak arsitektur kota

tampak arsitektur kota
slamet adriadi

Sabtu, 18 Desember 2010

"Memahami Sebuah Karya Arsitektur"


Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memahami sebuah karya arsitektur. ini bertujuan untuk mengetahi kemana kiblat suatu bangunan artau cara pandang seoarang arsitek dalam merancang. apa lagi pada masa sekarang, berbagai bangunan muncul dengan bentuk yang cukup variatif. 
Cara pertama kita bisa memahami sebuah karya dengan memilah beberapa karakter pada suatu bangunan kedalah beberapa kategori, bisa itu karakter ruang atau bentuk dan lain lain. setelah itu bandingkan dengan teori arsitektur mengenai karakter arsitektur tertentu. misalnya teori arsitektur modern, postmodern atau lainnya.
cara kedua ialah setelah kita membagi karakter karya tersebut, kita bisa membandingkan karakter karya tersebut dengan karakter sebuah karya yang menjadi icon pergerakan arsitektur tertentu. misal  villa savoy yang menjadi salah satu icon arsitektur modern atau vanna ventury house yang menjadi icon pergerakan postmodern dan lain lain.
Sebagai contoh saya berikan Cascade House yang akan kita kaji dan urai karakternya lalu kita bandingkan dengan Falling water, sebuah icon arsitektur modern karya Frank Lyod Wright. ini merupakan memahami karakter sebuah karya dengan ara kedua atau
Cascade House merupakan penerima penghargaan Multi-Award yang dirancang oleh Paul Raff, dengan konsep desain “ rumah ramah lingkungan yang dilengkapi dengan desain sistem surya”.
Terletak di Toronto Forest Hill, Cascade House berdiri ibarat sebuah patung kotak yang terdiri dari pecahan kaca dan batu tulis hitam. Rumah ini dibangun untuk sebuah keluarga pindahan dari Arizona yang mencintai seni modern dimana mereka sangat menginginkan rumah yang memiliki pencahayaan alami. Dibangun dengan luas 353 m2.
1.1   FASADE DAN BENTUK

1.1.1     Bentuk Fasade
 
Cascade House terdiri diri dari tiga lantai ditambah satu basement. Pada tampak selatan yang menonjol adalah lantai satu dan dua saja. Sehingga sekilas tingginya hanya terlihat seperti dua lantai saja. Bentukan fasade rumah ini sangat dinamis. Dimana ketinggian fasade dari ujung kiri keujung kanan terlihat seimbang mengikuti kontur tanah yang semakin meninggi pula. Ini adalah sebagai salah satu respon bangunan terhadap alam sehingga terjadi kerja sama yang enak dipandang. Konsep ini sengaja diterapkan oleh Paul Raff karena memang ini adalah pekerjaan favoritnya, menyatukan bangunan dengan alam.
“We always start from first principles of human scale and flow, and in search of opportunities to engage light and landscape, once we began to work with glass and slate, the house became characterized by a powerful material presence that is activated as these materials come alive in response to natural light.” Paul Raff.
Dimensi dari fasade Cascade House yang cukup ideal, menjadikan rumah ini di ibaratkan patung kotak Froles Hill yang berdiri kokoh dipuncak Flores Hill. Kenapa disebut patung kotak? Jawabannya jelas terlihat dari bentuk fasade Cascade House yang memang terdiri dari beberapa bentuk persegi empat yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik seperti yang diharapkan Paul, yang tadi sudah dijelaskan yaitu merespon alam.
Persegi empat pertama merupakan tampilan dari ruang tamu yang berada di lantai satu sebelah barat. Tampilan yang paling menonjol pada bidang ini adalah sebuah jendela besar yang langsung menghadap selatan. Keunikan dari jendela ini ialah dapat melihat kedramatisan pergantian musim jika dilihat dari dalam ruang tamu. Tidak hanya itu jendela ini  juga sebagai respon akan cahaya dan penghangat alami.


Persegi empat yang kedua merupakan perwujudan dari tampilan ruang makan yang juga masih terdapat dilantai satu. Disini terdapat dua jendela yang juga juga berbentuk persegi empat namun dengan dimensi yang berbeda. Bentuk persegi empat ini menyatu dengan dengan persegi empat yang ditampilkan dari ruang tidur yang ada dilantai dua, sehingga terlihat menjadi satu bagian persegi yang besar. Disini terdapat satu jendela persegi empat.
Berikutnya persegi empat yang berada dibagian paling atas. Ini merupakan ruang tidur utama yang berada dilantai tiga. Disini ia melakukan permainan bayangan seperti halnya pada persegi yang pertama sehingga timbul kesan lain dari bidang tersebut.
Paul menerapkan konsep bidang horizontal dan vertikal yang ia terapkan pada bentukan fasade dan bentukan jendela.

1.1.1     Masa bangunan
 
Seperti halnya bentukan fasade rumah ini yang terdiri dari persegi empat, masa bangunan rumah ini pun memang terbentuk dari model tiga dimensional persegi.
Dengan skala yang proporsional, kubus dan balok yang merupakan perwujudan dari ruangan yang ada didalam rumah ini menjadikan bentukan masa bangunan Cascade House memiliki nilai estetis yang tinggi. Selain itu masa banguna Cascade ini juga terlihat dinamis dengan peletakan masa masa yang merupakn perwujudan ruang tersebut pada posisi  dan ukuran yang tepat.
Masa bangunan paling besar yang terbentuk dari tumpukan balok lantai satu dan dua sengaja disimpang memanjang dari barat ke timur sebagai respon terhadap pergerakan matahari, sehingga cahaya matahari yang masuk dapat ditanggulangi secara efektif. Pada masa ini terdapat ruangan ruangan yang paling sering penghuni melakukan aktifitas sehari hari. Sehingga respon bangunan terhadap alam tadi dapat dirasakan oleh penghuni lebih nyata.
1.1.1     Warna dan Material

Kecintaan paul terhadap alam menjadikan karya-karya sebagai bangunan yang tumbuh dan menyatu dengan alam. Tidak ahanya dari bentukan fasade dan masa bangunan, namun material pun menjadi salah satu bagian yang dapat ia explor sebagai tampilan akhir bangunan yang membuat bangunan semakin menyatu dengan alam.
Material yang digunkan Paul adalah material alam atau yang menyerupainya. Seperti batu alam dan kaca. Kedua material ini menjadi material dominan pada bangunan Cascade House ini. Dimana hampir semua permukaan dinding exterior ditutupi dengan batu alam. Tidak hanya bagian exterior, bagian interior pun sebagian besar ditutupi oleh batu alam.
Untuk menyatukan alam dengan ruangan didalam rumah, Paul menggunakan jendela besar yang ditutupi kaca. Hal ini tentunya akan membuat penghuni dari dalam rumah tetap bisa melihat lingkungan sekitar jauh lebih leluasa dibanding rumah lain yang memiliki jendela kaca kecil.
Pada fasade depan ruang tamu, dinding dan jendela kaca dilapisi dengan pecahan kaca setebal 19mm warna hijau lumut yang terlihat mengkilat seperti air yang jatuh mengalir dari atas bangunan. Warna yang tepat dan selaras dengan alam.
Meskipun bertemakan material alam namun semua material yang digunakan merupakan material pabrikasi. Dengan kata lain penggunaan material rumah ini menggunakan metode baru yang lebih modern.

1.1   DENAH DAN SIRKULASI
Rumah ini dikonfigurasi dalam bentuk "L"mengitari kolam yang ada dibagian luar. Ruang tamu, ruang makan dan ruang duduk berada dibagian depan yang menutupi ruang dapur dan ruang keluarga yang menyatu di bagian belakang rumah. Kamar Anak-anak dan kantor berada di lantai dua, diatapi oleh sebuah suite master di paviliun di atap yang diatur untuk memastikan privasi orang tua sekaligus sebagai pengontrol anak anak yang berada dibawahnya karena sirkulasinya melewati kamar anak.
Pola sirkulasi entrance pada rumah ini menggunakan pola sirkulasi tidak langsung. Berikut gambar dan sekilas penjelasan mengenai denah dan pola sirkulasi Cascade House.
Layout denah

Penempatan dan pengelompokan ruangan didalam Cascade House dirancang sedemikian rupa oleh Paul Raff sehingga menjadikan layout rumah ini akan nyaman dan mudah dicapai oleh penghuni. Posisi satu ruang dengan ruang lainnya memiliki hubungan yang kuat. Begitupun pembagian ruang ruang disetiap lantainya, sungguh pemikiran ideal.
Rumah ini memiliki satu basement yang terdiri dari garasi, basement suit, km/wc, ruang mesin, ruang bermain. Beranjak ke lantai pertama, disini terdapat ruang tamu, ruang  makan, ruang kelurga dan dapur yang menyatu. Pada lantai ini ruangan yang bersifat publik dan rekreatif.
Pada lantai dua terdapat ruang istirahat dan belajar, dua hal yang sama sama perlu ketenangan. Begitupun dengan lantai tiga dimana tingkat privasi lebih tinggi dan lebih tenang yaitu diperuntukan untuk ruang tidur utama. Dari sini pula orang tua dapat mengontrol anak anak ketika mereka masuk atau keluar kamar mereka.
Urutan yang cukup ideal untuk sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga sempurna, dimana hampir semua kebutuhan penghuni dapat terpenuhi.

1.1.1     Pola sirkulasi 

Entrance pada Cascade House menggunakan pola sirkulasi tidak langsung, ini terlihat dari jalan masuk yang menghubungkan rumah dengan jalan yang sengaja dibelokan terlebih dahuu sebelum masuk ke dalam rumah. Padahal site memungkinkan untuk jalan langsung lurus ke pintu.
Untuk sirkulasi didalam rumah, Paul sengaja memberikan bukaan lebar agar ruang yang satu dengan yang lainnya terkesan menyatu. Bahkan ada dua ruang yang berbeda fungsi tetapi tidak diberi sekat permanen, yaitu ruang keluarga dan dapur.
 berikut adalah kilasan singkat mengenai icon gerakan arsitektur modern
FALLING WATER – FRANK LLOYD WRIGHT
Salah satu karya Wright yang paling terkenal adalah Fallingwater pada tahun 1935-1939 yang diperuntukan bagi bapak dan ibu Edgar J. Kaufmann sr, di Bear Run,Pennsylvania. Fallingwater ini dirancang sesuai dengan keinginan wright untuk menempatkan para tamu disekitar lingkungan,dengan mengalirkan air terjun dibawah bangunan dan menyesuaikan dengan tempat dan keadaan alam di sekitarnya. Konstruksinya menggunakan rangkaian balkon didukung balok balok, dengan menggunakan batu kapur untuk semua permukaan vertikal dan beton untuk permukaan horizontal.
2.1   KELOMPOK KARAKTERISTIK BENTUK
2.1.1     Bentuk Fasade
Gambar 2.1 Tampak selatan falling water (www.paconserve.org)
Falling Water memilii karakter bidang horizontal dan vertikal yang sangan kuat. Bidang bidang tersebut terbentuk dari bidang persegi empat yang dikomposisikan sedemikian rupa oleh Wright sehingga membentuk bentukan masa yang dinamis.
Tidak hanya komposisi vertikal dan horizontal, namun skala dan dimensi bidang yang berbeda pun menjadi pertimbangan agar bangunan tidak hanya terlihat sebagai rumah kotak kotak saja.
Penerapan konsep menonjol dengan bayangan pun dulakukan Wright sehingga menjadi nilai tambah.
2.1.2     Masa bangunan
Gambar 2.2 Maket falling water (howardmodels.com)
Bentukan masa yang lagi lagi terdiri dari komposisi persegi 3 dimensional menjadi gubahan masa yang sederhana namun indah dengan proporsi bentuk dan dimensi yang tepat. Sekilas bangunan ini nampak menonjol jika dibanding dengan lingkungan sekitar, namun jika diamati dengan benar, maka akan terasa keidealan Wright dalam merancang Falling Water dengan skala yang seimbang antara bangunan dengan alam sekitar.
    Falling water yang berdiri kokoh diatas sebuah lahan air terjun menginspirasi Wright untuk membuat sebuah balkon menjorok yang digunakan untuk bersantai sambil menikmati pemandangan sekitar. Permainan masa bentuk horizontal dan vertikal ini cukup menonjol pada bangunan selain karna ingin mengadopsi bentuk alam yang tidak beraturan, tujuan utama dari pembentukan masa seperti ini adaah mengikuti fungsi dari ruang pada bangunan tersebut.

2.1.3     Warna dan Material
 
Warna dan material yang digunakan merupakan material dan warna yang bernadakan alam. Seperti penggunaan batu alam dan warna coklat. Selain itu material fabrikasi seperti kaca dan beton pun turut mengokohkan rumah ini. Penggunaan kaca dianggap sebagai salah satu alternatif penyekat yang mampu memberikan kesan terbuka dan menyatu dengan alam.
2.2   KELOMPOK KARAKTERISTIK RUANG
2.2.1     Layout denah
           Gambar 1.4 denah lt.1-3 Falling Water (idesignproject.com)
Falling water terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama terdiri dari dapur, ruang makan yang menyatu dengan Social/Main Living Area yang tembus ke teras luar. Kemudian dilantai dua terdiri dari master suit badroom yang diberi teras besar, ruang pakaian, kamar tamu, dan km/wc. Dan terakhir Lantai tiga terdiri ruang belajar,km/wc dan galery tanaman.
Konsep dari layout ruangan falling water adalah open living concept. Open living consep yaitu suatu konsep dimana tidak adanya sekat antar ruang memberikan kesan menyatu dengan alam, karena Frank Llyod Wright lebih dikenal dengan arsitektur organiknya yaitu berupaya menyatukan bangunan dengan alam sekitarnya.
Denah menggunakan bentuk asimetri, dengan mengunakan ‘local symmetry’ Repetisi ( komposisi bidang vertikal dan horisontal ). Yaitu organisasi ruang yang di bentuk berdasarkan fungsi Dan sumbu yang semula berbentuk kubus/kotak kemudian berkembang mengalir menurut fungsinya. Wrigh selalu mempertimbangkan pendekatan hirarki ruang dan skala ruang dalam mendesain organisasi ruangan dalam denah. Desain denah menggunakan prinsip keseimbangan simetri dan keseimbangan asimetri untuk menciptakan organisasi ruang yang dinamis dan seimbang.
 Pola sirkulasi
Hampir semua karya Wright menggunakan pola sirkulasi entrance tersamar, begitu pun dengan Falling water. Rumah ini menggunakan pola sirkulasi entrance tersamar. ini terlihat dari pintu masuk yang tidak lansung mengarah ke jalan.
Gambar 1.4 pola sirkulasi

Untuk sirkulasi didalam rumah, Wright sengaja memberikan bukaan lebar agar ruang yang satu dengan yang lainnya terkesan menyatu. Ini dikarenakan seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan, bahwa Wright menerapkan open living konsep
.
KESIMPULAN
Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat, banyak bermunculan type type rumah yang berkembang dipasaran. Namun tidak semuanya merupakan hal yang baru. Dalam dunia seni atau pun arsitektur, tidak ada sesuatu yang baru. Yang ada hanya perkembangan dan perkawinan karya karya terdahulu yang membuat karya baru ini menjadi seperti baru.
Cascade House yang dibangun pada tahun 2009 merupakan salah satu rumah dengan inovasi baru yang berkembang didunia arsitektur saat ini, yaitu bangunan yang dilengkapi teknologi canggih yang mampu merespon alam dengan cukup baik. Namun jika diperhatikan, type dari rumah seperti ini sendiri sudah ada sejak dahulu. Misalnya Falling Water. Falling Water yang dirancang oleh Frank Lyod Wright (salah satu arsitek pemuka arsitektur modern) merupakan bangunan terdahulu mempunyai karakteristik yang sama dengan Cascade House.
Falling Water banyak dikenal orang sebagai bangunan berarsitektur modern. Karakter dan masa pembangunannnya jelas menunjukan hal tersebut. Bagai mana dengan Cascade House yang baru muncul baru baru ini? Dengan beberapa kajian yang sebelumnya sudah dibahas, adanya persamaan karakteristek yang sama antara Cascade House dan Falling Water, ini memberikan bukti bahwa Paul membangun Cascade House dengan type arsitektur modern.  Selain dari karakter bangunan, kesaam juga terdapat dipikiran kedua sang arsitek tentang cara pandang dalam mendesain.

Sabtu, 11 Desember 2010

Jenis dan kelas Kayu

Tidak bisa dipungkiri bahwa Kayu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Tidak hanya sebagai penyeimbang alam, kayu juga bisa digunakan sebagai bahan material bangunan, kertas, obat-obatan, elemen estetika, karya seni dan masih banyak lagi. Seperti halnya fungsi dan manfaat, jenis dari kayu itu amatlah banyak, khususnya di Indonesia.
Banyaknya jenis kayu yang ada di Indonesia ini sering kali membuat orang yang masih awam tentang kayu menjadi kesulitan untuk membeda – bedakan jenis kayu. Maka dari itu dalam pengenalan jenis – jenis kayu lebih baik jika kita mengklasifikasikan kayu kedalam beberapa kelas yang ditinjau dari kekuatan dan keawetannya. Berikut adalah beberapa contoh kayu berdasarkan tingkat keawetan dan kekuatan.

a. Kayu Jati (Tectona Grandis)
   Kayu jati mempunyai tingkat pemakaian I, tingkat keawetan I, dan tingkat kekuatan II. Mempunyai berat jenis 0,67 g/cm­3. Di Indonesia banyak terdapat di pulau jawa, khusunya didaerah Rembang, madiun, dan Kediri. Warna awal dari kayu jati adalah sawo kelabu dan apabila telah lama terkena sinar matahari menjadi warna sawo matang.
Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan I dan kelas keawetan I. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap.
Kayu teras jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal, di bagian luar, berwarna putih dan kelabu kekuningan.
Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
b. Kempas (Koompasia Malaccesis Maing)
   Kayu Kempas mempunyai tingkat pemakiaian I, tingkat keawetan III – IV, dan tingkat kekuatan I. Mempunyai berat jenis antara 0,68 – 1,29 g/cm­3.
c. Kamfer
    Kayu Kamfer mempunyai tingkat pemakaian III, tingkat keawetan III, dan tingkat kekuatan II. Mempunyai berat jenis 0,7 – 0,9 g/cm­3. Banyak terdapat didaerah Sumatera dan sedikit di Kalimantan. Mempunyai warna sawo merah.
Kayu kamfer tidak tahan terhadap serangan rayap, akan tetapi agak tahan terhadap bubuk, oleh karene itu kayu ini tidak baik digunakan untuk konstruksi bangunan yang tidak terlindung. Kelebihan dari kayu kamfer ini adalah mudah dikerjakan selain itu mengembang dan menyusutnya kecil. Banyak dipakai untuk bahan bangunan rumah. Mempunyai warna sawo merah.
d. Rengas (Gluta Renghas L)
    Kayu Rengas mempunyai tingkat pemakaian III, tingkat keawetan II, dan tingkat kekuatan II. Mempunyai berat jenis 0,59 – 0,84 g/cm­3. Banyak terdapat di daerah Kalimantan Tengah.
e. Mindi (Melia Azedarach L.)
   Kayu mindi mempunyai tingkat pemakaian IV, tingkat keawetan III – IV, dan tingkat kekuatan II – III. Mempunyai berat jenis 0,42 – 0,65 g/cm­3. Banyak terdapat dipulau jawa.
f. Suren
   Kayu Suren mempunyai tingkat pemakaian IV, tingkat keawetan IV, dan tingkat kekuatan III. Mempunyai berat jenis 0,4 – 0,7 g/cm­3. Kayu jenis ini dapat tumbuh di seluruh daerah di Indonesia. Oleh karena itu kayu jenis ini hanya dipakai untuk bekisting dan kadang – kadang untuk bangunan sementara.
g. Jelutung (Dyera Spec Div.)
    Kayu jelutung mempunyai tingkat pemakaian IV, tingkat keawetan V, dan tingkat kekuatan III – V. Mempunyai berat jenis 0,42 - 0,91 g/cm­3. Kayu jenis ini banyajk terdapat di pulau Jawa.
h. Duren (Durio Spec. Div)
   Kayu duren mempunyai tingkat pemakaian IV, tingkat keawetan IV – V, dan tingkat kekuatan III – IV. Mempunyai berat jenis 0,42 – 0,91 g/cm­3. Kayu jenis ini terdapat hampir di seluruh Indonesia.
i.  Merbau
   Kayu Merbau mempunyai tingkat pemakaian I, tingkat keawetan I, dan tingkat kekuatan I. Mempunyai berat jenis 0,9 – 1,0. Di Indonesia banyak terdapat didaerah pulau Sumatera bagian utara, Sulawesi, dan kep. Maluku.
j.  Bangkirai
               Kayu Bangkirai sering juga disebut Jati Kalimantan atau juga kayu Balau. Kayu ini mempunyai tingkat pemakaian I, tingkat keawetan II, dan tingkat Kekuatan I. Mempunyai berat jenis 0,8 – 0,11. Di indonesia banyak terdapat di daerah Kalimantan dan Sumatera. Berwarna sawo kering dan lama – lama menjadi lebih tua.
k. Belian
  Sebenarnya ada beberapa macam kayu yang termasuk kedalam kayu Belian, dua diantaranya adalah Onglen dan Belian atau sering disebut juga kayu Besi dari Kalimantan. Kayu Belian mempunyai tingkat pemakaian I, tingkat keawetan I, dan tingkat kekuatan I. Mempunyai berat jenis 0,9 – 1,2. Banyak terdapat di pulau kalimantan. Berwarna sawo muda dan lama kelamaan menjadi abu – abu hingga menjadi hitam.
l.  Resak
               Kayu Resak mempunyai tingkat pemakaian I, tingkat keawetan I, tingkat kekuatan I. Mempunyai berat jenis 1,1. Banyak terdapat didaerah Sumatera dan Kalimantan. Berwarna sawo muda dan lama kelamaan menjadi sawo tua.
m. Rasamala
    Kayu rasamala termasuk tingkat keawetan II, tingkat keawetan II, tingkat pemakaian II dan berat jenisnya 0,6-0,8.
Kayu ini tahan terhadap rayap dan bubuk, baik dipakai di tempat yang terlindung. Pertumbuhan kayu ini sering di temukan seratnya yang memuntir, saat pengeringan penarikannya cuk up kuat (kembang susutnya sangat besar). Pohon ini cocok tumbbuh di daerah yang ketinggiannya lebih dari 500 m di atas permukaan laut. Banyak Di pakai untuk konstruksi bangunan rumah, kadang-kadang juga di pakai untuk bantalan jembatan. Pohon ini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat dan di daerah Sumatera. Berwarna sawo merah.
n.  Merawan
    Kayu merawan mempunyai tingkat pemakaian II, tingkat keawetan II, dan tingkat kekuatan II. Mempunyai berat jenis 0,6 - 0,8. Banyak terdapat didaerah Sumatera dan Kalimantan. Berwarna sawo muda dan lama kelamaan menjadi sawo tua.
o. Puspa
    Kayu Puspa ini mempunyai tingkat pemakaian III, tingkat keawetan III, dan tingkat kekuatan II. Mempunyai berat jenis 0,6 – 0,8. Kayu jenis ini banyak terdapat didaerah Jawa Barat. Kayu ini hanya digunakan pada konstruksi bangunan sederhana, terutama didaerah pegunungan.
p.  Keruwing
     Kayu Keruwing mempunyai tingkat pemakaian II, tingkat keawetan II, tingkat kekuatan II ataupun III. Mempunyai berat jenis 0,6 – 0,9. Kayu janis ini banyak terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Selain itu kayu jenis ini hanya dipakai untuk bangunan – bangunan yang sifatnya kurang berarti atau hanya bersifat sementara.
q.  Jeungjing
    Kayu Jeungjing mempunyai tingkat pemakaian IV, tingkat keawetan IV, dan tingkat kekuatan IV. Mempunyai berat jenis 0,3 – 0,5. Kayu jenis ini banyak terdapat di daerah Jawa Barat, banyak ditanam di daerah perkebunan teh. Kayu Jeungjing sangat baik untuk dipakai pada konstruksi paku.
Gunakanlah kayu seperlunya. Jangan berlebihan dalam penggunaan kayu sebagai bahan kontruksi, karena dizaman sekarang, persedian kayu mulai berkurang.
   Akan tetapi dengan kemajuan zaman yang lebih canggih dan praktis dalam bahan bangunan, janganlah kita melupakan bahan material kayu.
thanks to sayid H Albana, Afifudin, ratu dan Agung


Jumat, 26 November 2010

Monumentalitas Gedung Sate


PENGANTAR
Telah kita ketahui bersama, banyak sekali bangunan monumental di Indonesia khususnya di kota Bandung yang dinilai sebagai kota yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan dunia arsitektur di indonesia, bangunan monumental yang terdapat di Kota Bandung kebanyakan berupa bangunan bangunan Kolonial yang dibangun pada masa penjajahan selain itu terdapat pula beberapa monumen sebagai tanda kejadian bersejarah.


Gedung Sate merupakan salah satu bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl). Kesan monumental terlihat dari posisi gedung yang sangat tepat dengan perhitungan yang sangat matang pada suatu komposisi, gedung sate berada pada suatu komplek atau kawasan taman kota dengan penataan yang begitu baik, Bangunan Gedung sate dan Gunung Tangkuban Perahu merupakan sumbu simetri dari penataan taman Gasibu. Selain itu kesan monumental juga terdapat pada bentuk dan ukuran bangunan yang besar, megah, agung dan sangat berwibawa serta memiliki nilai sakral.

TINJAUAN PUSTAKA
Tidak semua bangunan besar dapat disebut sebagai Bangunan Monumental. Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar suatu bangunan bisa dikategorikan kedalam bangunan Monumental.
Secara harfiah Monumental merupakan bentuk kata sifat dari, nomina monumen (sumber wikipedia.com). Monumental merupakan suatu sifat, nilai atau jiwa dari suatu bangunan yang mamapu menampilkan citra besar, megah, agung, berwibawa dan formal. Jadi Bangunan Monumental adalah suatu bangunan yang merupakan hasil perwujudan dari fungsi- fungsi tertentu yang mencerminkan kesan-kesan atau nilai-nilai keagungan, kemegahan, kebesaran, kekuasaan, dsb, dimana ekspresi monumental ditampilkan lewat bentuk bangunan maupun penataan tapak.
JENIS-JENIS BANGUNAN MONUMENTAL
Bangunan Monumental terbagi dalam 2 jenis :
1.       Bangunan Monumental Tunggal, yaitu Monumental yang dicapai dengan memencilkan suatu objek terhadap objek-objek lain. Kesan monumental terjadi karena elemen vertikal.
Monumental tersebut terjadi bila antara objek dan ruang tidak saling terjadi perembesan dan penembusan ruang.
Selain itu mounumental menjadi semakin unik dan makin tinggi kualitasnya bila terdapat keseimbangan antara objek dan ruangnya. Tetapi bila ada objek lain yang mengganggu “ruang bayangan” disekitar monumen, maka keseimbangan tadi juga akan terganggu dan nilai monumentalnya akan berkurang secara drasti Monumen jenis ini mempunyai ciri – ciri :
a. Sederhana
b. Bersih dan polos
c. Tanpa perembesan atau penembusan
2.         Bangunan Monumental banyak, yaitu bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain bangunan bangunan yang dikelompokkan membentuk Cluster. Apabila ada dua obyek misalnya X dan Y berdiri membentuk cluster. Maka diantara X dan Y terjadi daya mengeruang yang saling timbal balik, memberi nilai ruang terkait diantara ruang X dan Y, bukan ruang luar saja.
Bangunan monumental ini mempunyai ciri – ciri :
a. Kompleks
b. Permainan tegas dan jelas
c. Merembes dan menembus
d. Menyangkut nilai-nilai kemanusiaan

SKALA
Suatu bangunan dapat dilihat oleh mata manusia secara keseluruhan bila sudut pandangannya 27ยบ dengan posisi manusia dan bangunan minimal D/H = 2 atau D/H=3. Dimana D ialah distance yaitu jarak manusia ke bangunan, dan H ialah high yaitu tinggi banguan. Atau dengan kata lain manusia dapat melihat bangunan secara keseluruhan bila ia berada pada posisi dua kali lebih jauh dari tinggi bangunan.

Ada beberapa hal yang berpengaruh pada perancangan sebuah bangunan monumental diantaranya :
UNSUR YANG BERPENGARUH
1. Fisik bangunan
- Bentuk bangunan relatif meninggi
- Dominasi unsur-unsur vertikal
- Penampakan bangunan biasanya dikaitkan dengan makna simbolis &fisiologis
- Skala Monumental
2. Perancangan Tapak
- Kesan yang ditampilkan mencakup nilai- nilai kewibawaan, resmi, terarah dan seimbang
- Pencapaian biasanya langsung menuju bangunan utama
- Pola Sirkulasi utama cenderung monoton dan statis.

ASPEK HISTORIS

Aspek historis sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan nilai rasa pada suatu bangunan monumental, hal ini dikarenkan terdapat perbedaan pada penilain suatu karya arsirtektur yang dilihat dari psikologi orang yang menikmatinya, bangunan bersejarah biasanya memiliki aura dan nilai kesakralan yang lebih tinggi dibanding bangunan bangunan yang berkembang pada jaman sekarang, sehingga kesan megah agung dan wibawa bagunan tersebut sangat dapat dirasakan.
ANALISA
ANALISA
Gedung Sate sebagai bangunan monumental di Bandung, Gedung yang telah dibangun sejak 27 Juli 1920 ini, merupakan salah satu bangunan yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Diakui oleh para wisatawan mancanegara, sebagai bangunan paling anggun dan mempesona dengan desain klasik Eropa yang masih asli dan tetap dipertahankan hingga sekarang.
Gedung Sate dulunya diberi nama Gouvernments Bedrijven karena pada awalnya gedung ini memang dibangun untuk menjadi tempat pusat pemerintahan Belanda yang sedang berkuasa di Nusantara pada saat itu. Kota Bandung yang ditetapkan sebagai pusat Pemerintahan Belanda dipilih karena iklimnya yang konon senyaman Perancis Selatan di musim panas. Hingga kini, Bandung dikenal dengan sebutan Parijs van Java.

o   Jenis Bangunan Monumental
Sebagai bangunan peninggalan sejarah Gedung Sate dapat dikategorikan sebagai bangunan monumental masa banyak, karena berada dikawasan pemerintahan kota Bandung sebagai pusat pemerintahan dan kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. Bentuknya yang megah dan berwibawa disekitar kawasan pemerintahan tersebut menandakan gedung sate sebagai bangunan monumental yang berada di kota Bandung.


o   Gubahan Masa Bangunan
Selain pada kemegahan bagunan yang terlihat, terdapat penonjolan suatu masa bangunan sebagai penanda sejarah dan sebagai poin of interes Gedung Sate. Dalam hal ini terdapat 6 butiran emas yang ditancapkan pada satu batang besi atau yang lebih dikenal sebagai tusuk sate yang ,menpunyai makna 6 golden sebagai dana yang dikucurkan pertama saat pembuatan gedung sate.

KAJIAN MONUMENTAL
Gedung sate berada pada pangkal sumbu linear yang dijadikan orientasi bangunan dimana gunung Tangkuban Parahu menjadi ujungnya. Garis ini meliputi Gedung Sate, Lapangan Gasibu, Monumen Pancasila (Tugu perjuangan Jawa Barat) dan Gunung Tangkuban Parahu. Ini bisa dijadikan salah satu acuan atau alasan kenapa Gedung Sate ini dijadikan bangunan monumental. 
JARAK PANDANG IDEAL MONUMENTAL UNTUK GEDUNG SATE
ada beberapa syarat agar suatu bangunan monumental dapat terlihat ideal. berikut beberapa kajian mengenai dimana jarak yang ideal untuk  melihat gedung sate agar terlihat  kuat kesan monumentalnya.
Gambar diatas merupakan arah pandangan dari monumen Pancasila ke Gedung Sate. Disana terlihat gedung sate sebagai pusat dari kawasan monumental tersebut. Pada kawasan gedung sate, pemerintah sengaja menerapkan aturan untuk pembangunan gedung baru khususnya bangunan berlantai banyak. Dimana bangunan lain tidak boleh memiliki tinggi yang melebihi tinggi gedung sate. Ini dimaksudkan agar kemegahan gedung sate tetap terjaga.
Meskipun pada jarak ini Gedung Sate terlihat sebagai pusat, namun karena terlalu jauh sehingga bangunan terlihat kecil, kesan monumental pun kurang terasa.

 
Idealnya sudut pandang untuk melihat sebuah banunan monumental adalah D/H=1, sampai D/H=4, tetapi ini mencoba sumbu axsisnya dengan mlihat D/H=10. Pada dasarnya gedung monumental akan terlihat jelas pada jarak jauh sekalipun, tetapi dengan melihat sudut pandang yang sangat jauh tidak bisa menikmati bangunan tersebut.
Gambar diatas merupakan pandangan Ideal. Bila D/H > 1, atau pada studi kasus ini D/H = 4 maka kerjasama menjadi makin kuat dan kita merasa bahwa ruang makin tertutup. Posisi ini merupakan jarak yang paling efektif seorang pengamat merasakan kesan monumental pada gedung sate. Dari jarak D/H=4 ini kita bisa melihat Gedung sate secara keseluruhan baik vertikal maupun horizontal. Hal ini akan menyebabkan bentuk atau rupa bangunan, tekstur-tekstur dinding, ukuran dan penempatan lubang-lubang, serta sudut tangkap terhadap pintu masuk akan semakin jelas.
 
Gambar di atas menjelaskan jarak pandang gedung sate dari halaman depan gedung sate dengan jarak D/H=2 atau dengan kata lain jarak pengamat berada dua kali dari ketinggian bangunan. Dengan jarak ini, Gedung sate memang dapat dilihat sampai ke puncak, namun sudut pandang maksimal seorang pengamat tidak dapat melihat bagian samping Gedung Sate secara keseluruhan. Oleh karena itu D/H=2 bukan merupakan jarak efektif seorang pengamat merasakan kesan monumental pada Gedung sate. Gudung sate memiliki dimensi yang cukup raksasa untuk skala bangunan pada umumnya. 
thanks to Faisal, Abu dan Wawan