welcome

Harmoni Design

tampak arsitektur kota

tampak arsitektur kota
slamet adriadi

Jumat, 26 November 2010

Monumentalitas Gedung Sate


PENGANTAR
Telah kita ketahui bersama, banyak sekali bangunan monumental di Indonesia khususnya di kota Bandung yang dinilai sebagai kota yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan dunia arsitektur di indonesia, bangunan monumental yang terdapat di Kota Bandung kebanyakan berupa bangunan bangunan Kolonial yang dibangun pada masa penjajahan selain itu terdapat pula beberapa monumen sebagai tanda kejadian bersejarah.


Gedung Sate merupakan salah satu bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl). Kesan monumental terlihat dari posisi gedung yang sangat tepat dengan perhitungan yang sangat matang pada suatu komposisi, gedung sate berada pada suatu komplek atau kawasan taman kota dengan penataan yang begitu baik, Bangunan Gedung sate dan Gunung Tangkuban Perahu merupakan sumbu simetri dari penataan taman Gasibu. Selain itu kesan monumental juga terdapat pada bentuk dan ukuran bangunan yang besar, megah, agung dan sangat berwibawa serta memiliki nilai sakral.

TINJAUAN PUSTAKA
Tidak semua bangunan besar dapat disebut sebagai Bangunan Monumental. Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar suatu bangunan bisa dikategorikan kedalam bangunan Monumental.
Secara harfiah Monumental merupakan bentuk kata sifat dari, nomina monumen (sumber wikipedia.com). Monumental merupakan suatu sifat, nilai atau jiwa dari suatu bangunan yang mamapu menampilkan citra besar, megah, agung, berwibawa dan formal. Jadi Bangunan Monumental adalah suatu bangunan yang merupakan hasil perwujudan dari fungsi- fungsi tertentu yang mencerminkan kesan-kesan atau nilai-nilai keagungan, kemegahan, kebesaran, kekuasaan, dsb, dimana ekspresi monumental ditampilkan lewat bentuk bangunan maupun penataan tapak.
JENIS-JENIS BANGUNAN MONUMENTAL
Bangunan Monumental terbagi dalam 2 jenis :
1.       Bangunan Monumental Tunggal, yaitu Monumental yang dicapai dengan memencilkan suatu objek terhadap objek-objek lain. Kesan monumental terjadi karena elemen vertikal.
Monumental tersebut terjadi bila antara objek dan ruang tidak saling terjadi perembesan dan penembusan ruang.
Selain itu mounumental menjadi semakin unik dan makin tinggi kualitasnya bila terdapat keseimbangan antara objek dan ruangnya. Tetapi bila ada objek lain yang mengganggu “ruang bayangan” disekitar monumen, maka keseimbangan tadi juga akan terganggu dan nilai monumentalnya akan berkurang secara drasti Monumen jenis ini mempunyai ciri – ciri :
a. Sederhana
b. Bersih dan polos
c. Tanpa perembesan atau penembusan
2.         Bangunan Monumental banyak, yaitu bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain bangunan bangunan yang dikelompokkan membentuk Cluster. Apabila ada dua obyek misalnya X dan Y berdiri membentuk cluster. Maka diantara X dan Y terjadi daya mengeruang yang saling timbal balik, memberi nilai ruang terkait diantara ruang X dan Y, bukan ruang luar saja.
Bangunan monumental ini mempunyai ciri – ciri :
a. Kompleks
b. Permainan tegas dan jelas
c. Merembes dan menembus
d. Menyangkut nilai-nilai kemanusiaan

SKALA
Suatu bangunan dapat dilihat oleh mata manusia secara keseluruhan bila sudut pandangannya 27ยบ dengan posisi manusia dan bangunan minimal D/H = 2 atau D/H=3. Dimana D ialah distance yaitu jarak manusia ke bangunan, dan H ialah high yaitu tinggi banguan. Atau dengan kata lain manusia dapat melihat bangunan secara keseluruhan bila ia berada pada posisi dua kali lebih jauh dari tinggi bangunan.

Ada beberapa hal yang berpengaruh pada perancangan sebuah bangunan monumental diantaranya :
UNSUR YANG BERPENGARUH
1. Fisik bangunan
- Bentuk bangunan relatif meninggi
- Dominasi unsur-unsur vertikal
- Penampakan bangunan biasanya dikaitkan dengan makna simbolis &fisiologis
- Skala Monumental
2. Perancangan Tapak
- Kesan yang ditampilkan mencakup nilai- nilai kewibawaan, resmi, terarah dan seimbang
- Pencapaian biasanya langsung menuju bangunan utama
- Pola Sirkulasi utama cenderung monoton dan statis.

ASPEK HISTORIS

Aspek historis sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan nilai rasa pada suatu bangunan monumental, hal ini dikarenkan terdapat perbedaan pada penilain suatu karya arsirtektur yang dilihat dari psikologi orang yang menikmatinya, bangunan bersejarah biasanya memiliki aura dan nilai kesakralan yang lebih tinggi dibanding bangunan bangunan yang berkembang pada jaman sekarang, sehingga kesan megah agung dan wibawa bagunan tersebut sangat dapat dirasakan.
ANALISA
ANALISA
Gedung Sate sebagai bangunan monumental di Bandung, Gedung yang telah dibangun sejak 27 Juli 1920 ini, merupakan salah satu bangunan yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Diakui oleh para wisatawan mancanegara, sebagai bangunan paling anggun dan mempesona dengan desain klasik Eropa yang masih asli dan tetap dipertahankan hingga sekarang.
Gedung Sate dulunya diberi nama Gouvernments Bedrijven karena pada awalnya gedung ini memang dibangun untuk menjadi tempat pusat pemerintahan Belanda yang sedang berkuasa di Nusantara pada saat itu. Kota Bandung yang ditetapkan sebagai pusat Pemerintahan Belanda dipilih karena iklimnya yang konon senyaman Perancis Selatan di musim panas. Hingga kini, Bandung dikenal dengan sebutan Parijs van Java.

o   Jenis Bangunan Monumental
Sebagai bangunan peninggalan sejarah Gedung Sate dapat dikategorikan sebagai bangunan monumental masa banyak, karena berada dikawasan pemerintahan kota Bandung sebagai pusat pemerintahan dan kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. Bentuknya yang megah dan berwibawa disekitar kawasan pemerintahan tersebut menandakan gedung sate sebagai bangunan monumental yang berada di kota Bandung.


o   Gubahan Masa Bangunan
Selain pada kemegahan bagunan yang terlihat, terdapat penonjolan suatu masa bangunan sebagai penanda sejarah dan sebagai poin of interes Gedung Sate. Dalam hal ini terdapat 6 butiran emas yang ditancapkan pada satu batang besi atau yang lebih dikenal sebagai tusuk sate yang ,menpunyai makna 6 golden sebagai dana yang dikucurkan pertama saat pembuatan gedung sate.

KAJIAN MONUMENTAL
Gedung sate berada pada pangkal sumbu linear yang dijadikan orientasi bangunan dimana gunung Tangkuban Parahu menjadi ujungnya. Garis ini meliputi Gedung Sate, Lapangan Gasibu, Monumen Pancasila (Tugu perjuangan Jawa Barat) dan Gunung Tangkuban Parahu. Ini bisa dijadikan salah satu acuan atau alasan kenapa Gedung Sate ini dijadikan bangunan monumental. 
JARAK PANDANG IDEAL MONUMENTAL UNTUK GEDUNG SATE
ada beberapa syarat agar suatu bangunan monumental dapat terlihat ideal. berikut beberapa kajian mengenai dimana jarak yang ideal untuk  melihat gedung sate agar terlihat  kuat kesan monumentalnya.
Gambar diatas merupakan arah pandangan dari monumen Pancasila ke Gedung Sate. Disana terlihat gedung sate sebagai pusat dari kawasan monumental tersebut. Pada kawasan gedung sate, pemerintah sengaja menerapkan aturan untuk pembangunan gedung baru khususnya bangunan berlantai banyak. Dimana bangunan lain tidak boleh memiliki tinggi yang melebihi tinggi gedung sate. Ini dimaksudkan agar kemegahan gedung sate tetap terjaga.
Meskipun pada jarak ini Gedung Sate terlihat sebagai pusat, namun karena terlalu jauh sehingga bangunan terlihat kecil, kesan monumental pun kurang terasa.

 
Idealnya sudut pandang untuk melihat sebuah banunan monumental adalah D/H=1, sampai D/H=4, tetapi ini mencoba sumbu axsisnya dengan mlihat D/H=10. Pada dasarnya gedung monumental akan terlihat jelas pada jarak jauh sekalipun, tetapi dengan melihat sudut pandang yang sangat jauh tidak bisa menikmati bangunan tersebut.
Gambar diatas merupakan pandangan Ideal. Bila D/H > 1, atau pada studi kasus ini D/H = 4 maka kerjasama menjadi makin kuat dan kita merasa bahwa ruang makin tertutup. Posisi ini merupakan jarak yang paling efektif seorang pengamat merasakan kesan monumental pada gedung sate. Dari jarak D/H=4 ini kita bisa melihat Gedung sate secara keseluruhan baik vertikal maupun horizontal. Hal ini akan menyebabkan bentuk atau rupa bangunan, tekstur-tekstur dinding, ukuran dan penempatan lubang-lubang, serta sudut tangkap terhadap pintu masuk akan semakin jelas.
 
Gambar di atas menjelaskan jarak pandang gedung sate dari halaman depan gedung sate dengan jarak D/H=2 atau dengan kata lain jarak pengamat berada dua kali dari ketinggian bangunan. Dengan jarak ini, Gedung sate memang dapat dilihat sampai ke puncak, namun sudut pandang maksimal seorang pengamat tidak dapat melihat bagian samping Gedung Sate secara keseluruhan. Oleh karena itu D/H=2 bukan merupakan jarak efektif seorang pengamat merasakan kesan monumental pada Gedung sate. Gudung sate memiliki dimensi yang cukup raksasa untuk skala bangunan pada umumnya. 
thanks to Faisal, Abu dan Wawan

Selasa, 16 November 2010

Hidup Sehat Alami

Banyak orang menginginkan tubuh yang ideal. Berbagai cara pun dilakukan tanpa memperhatikan efeksamaping pada tubuh. Oleh karena itu, kalau ingin tubuh ideal, pakailah cara yang alami sehingga resiko yang ditimbulkan tidak perlu dikhawatirkan.

coming soon__

Keep Positif In Your Life

Ini adalah sebagian kisah dari perjalanan hidup saya yang membuat saya sadar akan arti dan tujuan hidup.
coming soon__